
Oleh: Aulia Ababiel
Sudah menjadi lazimnya, hidup di era media sosial membuat sebahagian orang ingin menjadi viral agar bisa dikenal banyak orang. Mulai dengan memakai trik-trik agar followers bertambah hingga memakai jasa penambah followers sebagai jurus jitu agar banyak pengikutnya. Tujuannya tidaklah lain, memiliki pengikut yang banyak agar mudah dikenal hingga akhirnyan viral dan layak mendapat sebutan sang “seleb”.
Anehnya, virus “kebelet viral” tersebut kini kian merambah ke lingkungan Tengku-teungku dayah. Sehingga banyak teungku-teungku dayah yang terpincut ingin viral dengan “menghalalkan” berbagai cara. Mulai dengan menebarkan pesona ketampanan mereka, dengan memamerkan merdunya suara, hingga bahkan menampakkan ke-bangai-an mereka untuk dipertontonkan secara umum agar dapat menarik pengikut untuk menjadi followers tetap mereka, wabilkhusus sih para akhwat,
Di samping itu, banyak juga teungku- teungku mencoba seumebet online dengan menggunakan berbagai platform media dengan dalih berdakwah, hingga terkadang saking gairahnya terlalu mengangkat masalah khilafiyah yang sehingga menjadi polemik di dalam Masyarakat yang dapat menyebabkan kegaduhan. Lain halnya dengan sebahagiannya lagi, mencoba mencari viral dengan surah-surah lam ija kroeng yang terkadang sudah tidak layak dikonsumsi oleh Masyarakat media yang memang penggunanya bukan hanya orang dewasa tetapi juga banyak dari anak-anak.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan serangkaian fenemona tersebut, tetapi jika sudah terlalu lebay hingga bahkan merusak esensial dan citra seorang teungku itu yang seharusnya dihindarkan. Karena nantinya Masyarakat akan menyalahkan dayah pada umumnya. Citra dayah yang memang sudah sangat dihormati oleh Masyarakat harus kita jaga. Di mana jika tidak mampu meningkatkannya maka jangan kita rusak sehingga menjadi bahan olok-olokan dalam Masyarakat.
Semeubet online ada bagusnya juga, terlebih sekarang banyak pengguna kawula muda, orang tua bahkan anak kecil yang menghabiskan waktu mereka di media sosial. Tetapi alangkah baik untuk tidak mengangkat permasalahan khilafiah yang terkadang menimbulkan kesalahpahaman bagi Masyarakat awam dan juga tentunya menggunakan bahasa yang sopan. Hindari perdebatan di media jika memang ada permasalahan yang tidak jelas dengan melakukan tabayyun langsung kepada yang bersangkutan. Karena perdebatan di media tidak akan menemukan titik temu dan hanya akan menimbulkan konflik antar sesama dayah.
Sebagai penutup, penulis pernah diingatkan oleh seorang guru, bahwa “Penyaket tanyoe teungku syit 2 boh: hana galak lebeh gob (teungku lain) dan perle rayeuk droe”. Pernyataan tersebut senada dengan yang disampaikan dalam kitab-kitab Tasawuf. Di antara penyakit hati adalah mempunyai sifat Hasad, yaitu tidak senang dengan nikmat yang diberikan kepada orang lain. Dan penyakit hati yang lain adalah hubbu jah, yaitu menyukai agar kita dikenal oleh orang banyak. Di mana kedua penyakit hati ini sangat sulit untuk dihindari. Wallahua’lam bishawab.
*Penulis merupakan dewan guru Dayah Raudhatul Ma’arif Al-Aziziyah, Cot Trueng, Muara Batu, Aceh Utara.