LPI Dayah Raudhatul Ma'arif



 Al-quran adalah sebuah kitab suci yang diturunkan sebagai salah satu mukjizat nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu, tidak ada seorang yang sanggup membuat suatu tulisan yang sebanding kafasihan lafaznya dengan Al quran. Di dalam Al quran terdapat dua unsur, yaitu ayat-ayat  muhkamat dan ayat-ayat mutasyabihat. Sebagaimana firman Allah: 

هُوَ الَّذِي اُنْزِلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ اَيَاتُ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ اٌمٌّ الْكِتَابِ وَاُخَرُ مُتَشَاِبهاَتٌ

Artinya: “Dialah yang telah menurunkan kepadamu (Muhammad) Al quran, di antaranya ada ayat-ayat muhkamat yang merupakan pokok-pokok Al quran. Sadangkan yang lain mutasybihat”. {QS. Ali Imran: 7}

Ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat Al quran yang dapat dipahami maknanya. Tetapi tidak seorang pun yang sanggup melafazkan atau menulis kalimat-kalimat yang dapat menandingi kafasihan ayat tersebut. Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang tidak seorang pun dapat memahami maknanya. Ibnu Abbas Ra. berkata: “Penafsiran Al quran ada 4 bagian: 

1. Tidak seorang pun yang tidak mengetahuinya, seperti firman Allah {قل هو  الله احد}

2. Menafsirkannya perlu kepda ilmu bahsa Arab

3. Hanya ulama rasikh (menjiwai dalam ilmu) yang mengetahui penafsirannaya

4. Tidak ada yang mengetahui selain Allah”.

Dari dalil di atas dapat diketahui bahwa sebahagian ayat Al quran dapat dipahami maknanya yang dengannya ditetapkan hukum-hukum Islam, ayat inilah yang dinamakan dengan ayat-ayat Muhkamat dan sebagian lagi hanya Allah yang Mahatahu tentang maknanya, yang dinamakan dengan ayat-ayat Mutasyabihat.

Hikmah diturunkan ayat-ayat mutasyabihat adalah untuk menambah ijaz (memperlemah) orang-orang yang ingin membuat-buat ayat palsu. Sehingga tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Alquran adalah karangan makhluk.

Akhir-akhir ini banyak orang yang menafsirkan Alquran dengan lahir maknanya saja. Padahal, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, setiap kalimat di dalam Al quran memiliki makna yang mendalam, yang untuk memahaminya dibutuhkan kemahiran dalam menguasai ilmu tatanan bahasa Arab; Nahu, Saraf, Badi’, dan lain sebagainya. Rasulullah Saw. Memperingatkan kita dalam sabdanya: “Barang siapa yang menafsirkan Al quran dengan akalnya, sungguh ia telah memilih satu tempat di neraka”.

Maka untuk menjaga kesucian Al quran marilah kita menggalakkan diri kita dan orang-orang sekitar kita untuk mendalami ilmu tentang penafsiran Al quran kepada ulama ahlisunnah wal jamaah. (TRN)

Artikel Lainnya!!!

Abu Cot Kuta Pendiri Dayah Raudhatul Ma’arif