LPI Dayah Raudhatul Ma'arif


raudhatulmaarif.com || Di antara hal yang perlu dilakukan oleh penuntut ilmu adalah membiasakan diri untuk menulis segala ilmu yang telah didapat. Karena dengan membiasakan mencatat dapat memudahkan untuk mengikat ilmu agar tidak mudah lupa.

Dalam kitab Ta’limul Muta’allim, yang merupakan kitab panduan belajar mengajar yang paling masyhur di pondok pesantren, Imam az-Zarnuji menekankan bagi para penuntut ilmu untuk senantiasa membawa pena agar bisa mencatat setiap ilmu dan pelajaran yang didengar. Beliau berkata: 
مَنْ حَفِظَ فَرَّ وَمَنْ كَتَبَ شَيْئَا قَرَّ
“Barang siapa yang menghafal, maka hafalan bisa hilang. Dan barang siapa yang mencatat, maka catatan akan abadi”.

Terkait hal yang sama, Imam Syafi’i pun pernah mendendangkan sebuah syair:


اَلْعِلْمُ صَيْدُ وَ اْلكِتَابَةُ قُيْدُهُ * قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالْحَبَّالِ الْوَاثِقَةِ

 

فَمِنْ اَلْحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةَ * وَتَتْرُكُهَا بَيْنَ الْخَلَائِقِ طَالِقَةِ

“Ilmu adalah hewan buruan dan tulisan adalah tali pengikatnya. Maka ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat. Sungguh bodoh bila kau berburu kijang, setelah berhasil kau tangkap malah kau biarkan saja tanpa diikat.”
     
Penting bagi para penuntut ilmu untuk membiasakan menulis ilmu yang telah didapat. Karena semampu apa pun kita bisa menghafal, juga pada suatu saat akan diserang lupa. Yang terkadang menghabiskan seluruh hafalan tanpa tersisa. Maka di saat seperti itulah pentingnya sebuah catatan agar kita bisa mengulang kembali pelajaran.

Lihat, bagaimana para ulama terdahulu sangat produktif dalam menulis. Mereka menuangkan segala ilmu yang telah dipelajari ke dalam kitab-kitab sehingga menjadi rujukan kita saat ini.

Selain demikian, kepiawaian dalam menulis memang harus dimiliki oleh para penuntut ilmu. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah menyampaikan ilmu itu sendiri, terutama dalam bentuk tulisan. Terlebih kita hidup di era serba media, yang di mana segala aktivitas manusia tidak luput darinya. (ABL)

Artikel Lainnya!!!

Abu Cot Kuta Pendiri Dayah Raudhatul Ma’arif