Sederhana namun istimewa, klasik terlihat unik, kuno tapi menarik, begitulah gambaran sosok yang dinamakan dengan santri. Mereka biasa tinggal dipesantren atau dayah. Berpeci, berpakaian putih, dan bersarung itulah penampilan menawan dari santriwan. Berjilbab lebar, berpakaian panjang dan bercadar begitu penampilan yang anggun dari santriwati. Setiap hari menuntut ilmu agama, ilmu yang akan mencerahkan masa depan kelak.
Dewasa ini, banyak dari masyarakat menilai bahwa menjadi santri tidak mempunyai masa depan, karena mereka beranggapan bahwa satu- satunya jalan untuk menggapai masa depan yang cerah dan kehidupan yang mewah adalah dengan menuntut ilmu dunia saja. Tapi, sebenarnya menjadi santrilah yang akan membawa kita pada kabahagian di masa depan, baik yang bersifat sementara maupun masa depan yang bersifat hakiki.
Kebahagian adalah kunci kesejahteraan sebuah bangsa. Itu kenapa peran santri menjadi sangat penting sebagai modal pembangunan bangsa. Indonesia butuh lebih banyak manusia-manusia yang bahagia guna meningkatkan kesejahteraan.
Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki 13.000 pulau lebih dengan penduduk terbanyak ke-4 di dunia dan pastinya ratusan bahkan ribuan sekolah terdapat di Indonesia, baik itu swasta atau negeri. Tetapi dengan penduduk yang banyak dengan sekolah yang tidak kalah banyak, Indonesia masih saja disebut sebagai negara berkembang. Beda dengan Amerika yang memiliki penduduk terbanyak ke-3 di dunia, tapi negara Paman Sam itu sudah menjadi negara maju. Atau Jepang yang memiliki jumlah penduduk yang lebih sedikit dari Indonesia, tapi negera matahari terbit itu juga sudah disebut sebagai negara maju. Apa yang salah dengan Indonesia? Kenapa masih diposisi negara berkembang? Sebenarnya jumlah penduduk tidak terlalu berpengaruh, karena masih banyak alasan lain kenapa negara tercinta kita ini masih memegang gelar negara berkembang. Di antara sekian banyak alasan itu, ada satu yang mungkin sangat berpengaruh, yaitu tingkat kualitas penduduknya masih sangat rendah, bahkan sangat jauh dari kata baik. Lalu apa solusi dari masalah itu? Solusinya banyak, tapi ada satu yang sering terlewatkan, bahkan sama sekali tidak terpikirkan oleh orang-orang, yaitu peranan para santri. Lantas bagaimana peranan mereka dalam meringankan masalah itu?
Sering kita dengar di berbagai media, baik media cetak atau elektronik tentang peristiwa-peristiwa yang melanggar aturan yang terjadi di Indonesia, seperti maraknya penjualan narkoba, minuman keras, penculikan, dan penipuan, bahkan yang sedang heboh sekarang dan sangat memalukan negara kita yang mayoritasnya agama Islam yaitu permasalahan LGBT. Mungkin bisa dikatakan itu semua terjadi bagi mereka yang tidak memiliki dasar agama yang kuat atau pondasi iman yang kokoh sehingga timbul pikiran-pikiran negatif hasil bisikan setan, sehingga dengan mudahnya mereka melakukan kejahatan. Bahkan bagi mereka yang berpendidikan tinggi di bidang dunia apabila tidak dibarengi dengan pengetahuan dasar tentang agama dan tancapan iman kokoh juga sangat berbahaya, karena kejahatan yang mereka lakukan bisa jadi dalam skala yang lebih besar, seperti korupsi, suap menyuap, dan berbagai macam bentuk kejahatan lainnya. Kalau itu sering terjadi di Indonesia, bagaimana mungkin Indonesia bisa menjadi negara maju.
Satu pertanyaan yang mendasar, kenapa di Indonesia masih ada yang berani melakukan itu? Jawabannya sudah jelas, ini semua bersangkutan dengan kualitas masyarakat yang masih kurang, dan penyebabnya adalah krisis moral. Nah, bila moral yang menjadi masalahnya, bagaimana cara mengatasinya? Tempat apa yang cocok untuk memperbaiki moral-moral yang rusak? lebih-lebih moral para remaja yang akan menjadi penerus bangsa kedepannya. Ya, tempat itu adalah Pesantren atau Dayah. Disinilah para santri sangat berperan penting.
Karakteristik santri mencirikan sikap semangat pantang menyerah, berkorban, mandiri, bersahaja, tawadhu’dan moderat. Itu semua dapat terbentuk karena didikan di pesantren. Pesantren mendidik dengan cara mengasramakan santri selama beberapa tahun. Dalam masa itu para santri ditanamkan nilai-nilai agama secara bertahab-tahab dalam diri mereka, juga pastinya diiringi dengan penerapan kedisiplinan yang tinggi. Mengenai kedisplinan mungkin di negara kita masih sangat kurang bila dibandingkan dengan negara-negara maju. Negara-negara maju kedisplinan sudah menjadi budaya bagi mereka, sedangkan kita untuk bersikap displin saja masih sangat sulit. Mungkin ini juga termasuk salah satu alasan kenapa kita masih diposisi negara berkembang. Di pesantren, dengan aturan mengasramakan para santri bisa dengan mudah menerapkan kedisplinan. Untuk menerapkan itu butuh waktu yang lama agar disiplin bisa berakar dalam diri santri. Dengan adanya sikap disiplin para santri bisa menjadi kekuatan tersendiri bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi. Dan pada akhirnya moral yang baik akan lahir dalam diri mereka.
Untuk menumbuhkan sikap disiplin, yang pertama sekali harus diterapkan adalah untuk anak-anak di usia dini, agar kedepannya mereka akan menjadi remaja yang bermoral. Jika tidak dari usia dini, dapat dipastikan mereka akan tumbuh sebagai remaja tanpa moral, jika remaja sudah memiliki moral yang buruk, pasti sangat sulit untuk mengubahnya, ibarat seperti bambu tua yang sudah sukar untuk dibengkokkan. Maka dari itu, bila tidak mampu lagi memperbaiki moral para remaja sekarang, setidaknya remaja dimasa yang akan datang harus bermoral baik. Itu semua dimulai dari orang tua untuk mengirim anak-anak mereka ke pesantren agar ilmu agama bisa kuat dalam dada mereka. Karena ilmu agamalah yang membuat seseorang memiliki moral dan kualitas diri yang baik. Dengan keadaan seperti ini, maka para santri berperan penting untuk membangun bangsa dan menghadapi tantangan globalisasi.
Agama islam terlebih dulu mewajibkan kita untuk menuntut ilmu Fardhu Ain meliputi ilmu tauhid, ilmu fiqah dan ilmu tasawuf, setelah ilmu itu terpenuhi, maka dibolehkan untuk menuntut ilmu Fardhu Kifayah, seperti ilmu kedokteran, hukum, penerbangan, arsitek, dan lain-lain. Tapi banyak yang kita temui sekarang ilmu Kifayah yang lebih diutamakan dan ilmu Fardhu Ain tidak diperhatikan sama sekali. Sehingga mereka yang mengejar ilmu Kifayah tanpa menanamkan ilmu agama terlebih dahulu akan menjadi masalah kedepannya. Sehingga lahirlah tikus-tikus kantor, pengusaha yang curang, polisi yang tidak lagi menegakkan keadilan. Seharusnya kita malu pada negara-negara maju yang bukan mayoritas islam, mereka bisa menerapkan ajaran-ajaran agama islam dalam kehidupan mereka. Kita ambil contoh lagi Jepang yang memiliki lingkungan yang sangat bersih padahal di negara itu tidak ada semboyan “bersih itu sebagian dari iman”. Sekarang kita lihat negara kita, semboyan itu hanya sebatas semboyan saja tidak pernah diterapkan. Mungkin seandainya saja semua anak-anak di Indonesia di wajibkan untuk mondok di Pesantren terlebih dahulu untuk membentuk moral yang baik, Insya Allah bila kedepannya mereka ingin jadi dokter akan menjadi dokter yang berakhlak terpuji, bila ingin jadi pengusaha akan menjadi pengusaha yang jujur, bila ingin jadi pejabat akan menjadi pejabat yang bermoral, dan bila jadi pemimpin akan menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana. Kalau semua penduduk indonesia sudah bermoral maka pembangunan bangsa sangat mudah untuk ditingkatkan dan kelak kemungkinan besar Indonesia akan menjadi negara maju.