Santri, adalah sebuah kalimat yang tidak asing lagi terdengar di telinga masyarakat. Ya, nama yang disematkan kepada sekelompok manusia yang menghabiskan setiap detik dan menit waktu mereka untuk menuntut ilmu agama di pondok-pondok yang dinamakan dengan pesantren. Berpakaian seadanya dengan balutan sarung, dilengkapi dengan peci adalah karakteristik yang bisa dibilang unik dari sang santri.
Terlepas dari hal itu, di balik kesederhanaannya santri tersimpan peran penting dalam ruang lingkup masyarakat. Terlebih dalam hal menjaga norma-norma agama agar kelak terbentuknya masyarakat yang agamis. Betapa tidak, sedari awal santri memang sudah dipersiapkan untuk benar-benar mampu mengemban peran penting membimbing masyarakat. Maka, tidaklah berlebihan jika mengatakan santri sebagai salah satu perangkat yang sanggup membimbing bahkan mengayomi masyarakat.
Pesantren adalah sebuah wadah bagi para santri mencicipi ilmu agama. Sama seperti halnya lembaga pendidikan yang lain, pesantren dengan segala kurikulum pendidikannya menawarkan berbagai disiplin ilmu agama. Bedanya, selain sebagai tempat menuntut ilmu, pesantren juga memfasilitasi tempat istirahat, dapur, dan berbagai tempat penunjang berhasilnya proses belajar mengajar bagi para santri.
Di dalam pesantren, santri tidak hanya belajar tentang apa yang diajarkan. Banyak hal yang bisa serap dan dijadikan sebagai bahan tambahan terhadap wawasan dan pengalaman. Terlebih, habitat mereka santri yang memang dihuni oleh banyaknya manusia yang dilatar belakangi dengan hal yang berbeda baik dari daerah, suku, dan terutama dari segi sikap dan watak. Maka, jiwa kesosialan akan dengan mudahnya terbentuk di antara para santri. Dan tidak heran jika kekompakan sangat terikat erat di antara mereka.
Secara tidak langsung kehidupan di pesantren memberikan pengajaran kepada santrinya untuk bisa mempelajari serta memahami tentang tatanan kehidupan bermasyarakat kelak. Karena sudah lazimnya seorang santri akan kembali ke pangkuan tanah airnya untuk mencurahkan segala ilmu yang didapati dan tentunya menjadi rujukan terhadap kemusykilan-kemusykilan sesuatu terutama perihal agama, ketika kelak berkecimpung dalam masyarakat.
Sikap sosial yang terbentuk dari lingkungan pesantren sangat bernilai positif terhadap hubungan bermasyarakat. Seperti halnya tolong-menolong, adanya kekompakan, mendahulukan musyawarah sebelum memutuskan, yang memang semua tersebut merupakan bagian keseharian daripada kehidupan yang diterapkan santri dalam ruang lingkup pesantren. Nah, jika hal tersebut bisa diterapkan dalam masyarakat maka akan dengan mudahnya tercipta masyarakat yang berperilaku baik. Sedangkan baiknya perilaku masyarakat itu akan berdampak besar terhadap majunya sebuah kota, provinsi atau bahkan negara yang mereka tempati.
Maka, tentunya menjadi PR bagi para santri agar lebih meningkatkan hubungan sosial terhadap sesama. Buang jauh rasa perbedaan, karena pada hakikatnya kita itu sama. Satu hal yang perlu kita ingat, agama dan bangsa adalah dua kalimat yang saling terikat. Keduanya akan tumbuh menjulang apa bila dirawat oleh mereka yang profesional secara bersamaan. Tentunya, santri ikut berperan penting dalam hal merawat agama dan bangsa. Segala konsep yang diserap oleh santri di dalam ruang lingkup pesantren baik dari segi ilmu dan sifat sosial antar sesama akan sangat bermanfaat ketika diterapkan di dalam masyarakat. Dan dengan hal itu pula santri layak menyandang gelar manusia yang profesional dalam hal menjaga serta merawat agama dan bangsa.