LPI Dayah Raudhatul Ma'arif

Dunia pesantren sudah tak asing lagi dengan kitab Ta’lim Muta’allim. Kitab yang keberkahannya melampaui waktu dan tempat. Itulah kitab yang membahas tata krama dan akhlak yang harus dimiliki seorang penuntut ilmu. Tujuannya sederhana, agar pendidikan berjalan semestinya dan tercapai maksud yang sempurna dari menuntut ilmu agama.

Akan tetapi, akhir-akhir ini muncul kegetiran yang menyengat, rasanya kiat yang ditawarkan Imam Zarnuji kurang menunjukkan kekuatan magisnya. Atau, boleh jadi penuntut akhir zaman kiwari sudah terlalu tidak peka dengan anjuran yang diwasiatkan Imam Zarnuji. Kegetiran yang pertama sepertinya kurang etis. Sedangkan yang kedua sangat boleh jadi.

Bermula dari menaruk buruk sangka kepada diri sendirilah penulis ingin mengetengahkan satu kitab, yang selain untuk memperkaya perbendaharaan, juga menjadi penafsiran secara tidak langsung bagi isi yang terdapat dalam kitab Ta’lim Muta’alim.

Kitab tersebut ialah Tadzkirah as-Sami’ wa al-Mutakkallim Fi Adab al-‘Alim Wa al-Muta’alim (Pengingat bagi Pendengar dan Pembicara; Tentang Adab Pengajar dan Pelajar). Kitab tersebut dikarang Imam Badruddin Muhammad bin Ibrahim Ibnu jamaah al-Kinnany w.733h. Konon, kitab tersebut sudah menjelajah dunia sejak tahun 1429 H/2008 M. Hingga sekarang kitab tersebut (yang ada di tangan penulis) sudah tiga kali diterbitkan (cetakan tahun 2012 M).

Adapun muatannya, kitab ini tidak jauh berbeda dengan kitab lain yang membahas kiat-kiat menuntut ilmu. Semua pembahasan tidak keluar dari ruang lingkup akhklakul karimah yang harus dimilik penuntut ilmu. Hal ini bisa dilihat dari daftar isi kitab ini. Secara total kitab ini memuat 5 bab besar dan 6 sub-bab. 5 bab tersebut mencakup; keutamaan ilmu dan ulama; adab guru pada dirinya, bergaul dengan murid dalam kelas belajar dan di luar; adab murid; adab menggunakan kitab; dan adab menetap di madrasah/dayah.

Menariknya, kitab ini lebih dahulu menyuguhkan adab-adab yang harus ditunaikan guru ketimbang adab yang dibebankan kepada murid. Secara tidak langsung, Ibnu Jamaah ingin mengontraskan betapa peran guru yang berkompetensi dan berkepribadian luhur begitu krusial dalam sukses tidaknya pendidikan. Selain itu, kita begitu menyadari bahwa murid adalah peniru yang handal nan piawai. Karena itu, peran guru begitu penting dalam pembentukan karakter murid. Jika saja guru tidak berkompetensi dan berkepribadian luhur diberi ruang untuk mendidik dan mengajar jangan larang murid untuk tidak mengikuti sifat-sifat dan kelakuan yang tidak pantas. Secara tidak langsung, kitab ini benar-benar menjadi ‘pengingat’ bagi guru agar kembali ke fitrahnya; pantas untuk ditiru. Pun, kitab ini menghadirkan solusi untuk memaksimalkan kualitas guru, sebenarnya guru.

Kelebihan kitab ini juga terdapat pada pembahasan bab 5. Di sana pengarang ikut menyarankan adab-adab dalam madrasah/dayah yang harus dimiliki oleh semua elemen dalam dayah itu sendiri. Di sini, lagi-lagi, pengarang secara terus terang ingin menjelaskan bagaimana lingkungan belajar harus dirawat sedemikian rupa untuk mencapai hasil pendidikan yang sempurna dan maksimal.

Akhir kata, membaca kitab ini benar-benar dapat membangunkan kita dari kelalaian terhadap kualitas pendidikan kita akhir-akhir ini. Membaca kitab ini untuk kemudian diamalkan adalah sebagian upaya dalam memperbaiki cela-cela pendidikan kita hari ini.

Tabik, (Zan)

Bagi yang ingin membaca kitab tersebut bisa mengaksesnya melalui link ini: Download dan Baca Kitab Tazkirah

Artikel Lainnya!!!

Abu Cot Kuta Pendiri Dayah Raudhatul Ma’arif