Hukum Memakai Pacar atau Hena Bagi Wanita
Assalamualaikum wr wb
Bermacam model perhiasan wanita, dari tata rias fisik dan cara perpakaian, yang telah banyak terjadi dalam masyarakat pada saat ini. Banyak wanita menghias tangannya dengan memakai Pacar atau Hena, baik dari golongan yang telah bersuami atau yang belum bersuami.
Bermacam model perhiasan wanita, dari tata rias fisik dan cara perpakaian, yang telah banyak terjadi dalam masyarakat pada saat ini. Banyak wanita menghias tangannya dengan memakai Pacar atau Hena, baik dari golongan yang telah bersuami atau yang belum bersuami.
Pertanyaan; Bagaimanakah hukum bagi wanita menghias diri dengan memakai Pacar atau Hena pada tangannya ?
Jawaban; Waalaikum salam wr wb
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه اجمعين
Hukum berhias diri dengan memakai Pacar atau Hena pada tangannya dibolehkan bagi wanita yang telah bersuami apabila suaminya mengizinkan. Dan tidak dibolehkan bagi wanita lajang.
Rincian;
Seperti yg kita ketahui bahwa tata cara memakai Pacar atau Hena berbeda-beda, tentu hukumnya juga tidak sama.
– الاختضاب: Mewarnai/mencelup sampai penggelangan tangan dengan Pacar atau Hena secara keseluruhan. Cara ini disunatkan bagi wanita bersuami dengan keizinannya, dan dimakruhkan bagi wanita lajang.
– التطريف: Mewarnai/mencelup jari-jari tangan saja ,cara ini tidak dianjurkan, namun dibolehkan bagi wanita yg bersuami, bila mendapat keizinan dari suaminya. Dan di haramkan bagi wanita lajang.
– النقش: Mengukir dengan Pacar atau Hena pada tangan-tangan dengan berbagai seni seperti yang kita lihat sekarang ini. Hukum nya sama seperti pada poin nomor 2.
Catatan :
الاختضاب لغة: استعمال الخضاب. والخضاب هو ما يغير به لون الشيء من حناء وكتم ونحوهما
– التطريف لغة: خضب أطراف الأصابع، يقال: طرفت الجارية بنانها إذا خضبت أطراف أصابعها بالحناء، وهي مطرفة.
النقش لغة. النمنمة، يقال: نقشه ينقشه نقشا وانتقشه: نمنمه فهو منقوش
النمنمة هي خطوط متقاربة قصار.
Referensi :
1. Mausu’ah Quwaitiyyah, juz 2 hal 281, Mak syamila :
اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى أَنَّ تَغْيِيرَ الشَّيْبِ بِالْحِنَّاءِ أَوْ نَحْوِهِ مُسْتَحَبٌّ لِلْمَرْأَةِ كَمَا هُوَ مُسْتَحَبٌّ لِلرَّجُل، لِلأَخْبَارِ الصَّحِيحَةِ فِي ذَلِكَ. وَتَخْتَصُّ الْمَرْأَةُ الْمُزَوَّجَةُ، وَالْمَمْلُوكَةُ بِاسْتِحْبَابِ خَضْبِ كَفَّيْهَا وَقَدَمَيْهَا بِالْحِنَّاءِ أَوْ نَحْوِهِ فِي كُل وَقْتٍ عَدَا وَقْتَ الإِحْرَامِ؛ لأَنَّ الاِخْتِضَابَ زِينَةٌ، وَالزِّينَةُ مَطْلُوبَةٌ مِنَ الزَّوْجَةِ لِزَوْجِهَا وَمِنَ الْمَمْلُوكَةِ لِسَيِّدِهَا، عَلَى أَنْ يَكُونَ الاِخْتِضَابُ تَعْمِيمًا، لاَ تَطْرِيفًا وَلاَ نَقْشًا؛ لأَنَّ ذَلِكَ غَيْرُ مُسْتَحَبٍّ. وَيَجُوزُ لَهَا – بِإِذْنِ زَوْجِهَا أَوْ سَيِّدِهَا تَحْمِيرُ الْوَجْنَةِ، وَتَطْرِيفُ الأَصَابِعِ بِالْحِنَّاءِ مَعَ السَّوَاد.
وَفِي اسْتِحْبَابِ خَضْبِ الْمَرْأَةِ الْمُزَوَّجَةِ لِكَفَّيْهَا مَا وَرَدَ عَنِ ابْنِ ضَمْرَةَ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ جَدَّتِهِ عَنِ امْرَأَةٍ مِنْ نِسَائِهِ قَال: وَقَدْ كَانَتْ صَلَّتِ الْقِبْلَتَيْنِ مَعَ رَسُول اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَتْ: دَخَل عَلَيَّ رَسُول اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فَقَال لِيَ: اخْتَضِبِي، تَتْرُكُ إِحْدَاكُنَّ الْخِضَابَ حَتَّى تَكُونَ يَدُهَا كَيَدِ الرَّجُل؟ قَال: فَمَا تَرَكَتِ الْخِضَابَ حَتَّى لَقِيتِ اللَّهَ عَزَّ وَجَل، وَإِنْ كَانَتْ لِتَخْتَضِبَ وَإِنَّهَا لاَبْنَةُ ثَمَانِينَ .
Ulama–ulama fiqih telah sependapat dengan sunat hukumnya mengubah warna rambut yg ber uban (Rambut putih) dengan Hena atau seumpamanya bagi pria dan wanita, karna berlandaskan beberapa Hadist shahih.
dan selain waktu ihram disunatkan khusus bagi wanita yang bersuami dan hamba sahaya untuk mencelup atau mewarnai tangan dan kakinya dengan Hena atau seumpamanya pada setiap saat. Karena celupan tersebut termasuk hiasan, berhias diri dianjurkan bagi para istri untuk suaminya dan hamba sahaya untuk tuannya ,terlebih lagi celupan tersebut adalah pemakaian secara keseluruhan ,bukan pada jari saja dan bukan dengan mengukir, karna hal tersebut tidak di anjurkan. Dan boleh bagi para istri-istri dengan izin suaminya dan hamba sahaya dengan izin tuannya untuk memerahkan pipi , dan mencelupkan jari-jari dengan Hena yang berwarna hitam.
dan selain waktu ihram disunatkan khusus bagi wanita yang bersuami dan hamba sahaya untuk mencelup atau mewarnai tangan dan kakinya dengan Hena atau seumpamanya pada setiap saat. Karena celupan tersebut termasuk hiasan, berhias diri dianjurkan bagi para istri untuk suaminya dan hamba sahaya untuk tuannya ,terlebih lagi celupan tersebut adalah pemakaian secara keseluruhan ,bukan pada jari saja dan bukan dengan mengukir, karna hal tersebut tidak di anjurkan. Dan boleh bagi para istri-istri dengan izin suaminya dan hamba sahaya dengan izin tuannya untuk memerahkan pipi , dan mencelupkan jari-jari dengan Hena yang berwarna hitam.
Salah satu dalil tentang hukum disunatkan memakai Pacar atau Hena bagi wanita bersuami adalah Hadist dari Ibn dhamrah bin Sa’id dari Neneknya dari salah seorang perempuan.
Ibn dhamrah berkata, “wanita tersebut adalah seorang muslim yang telah shalat dengan 2 Qiblat (Baitul maqdis &Ka’bah) bersama Rasulullah SAW” Wanita tersebut berkata,” Rasulullah SAW telah datang kepadaku dan bersabda,”Pakailah Hena. Diantara kalian ada yg tidak memakai Hena sehingga tangannya seperti tangan laki-laki”
Ibn dhamrah berkata,”semenjak saat itu wanita tersebut selalu memakai Pacar atau Hena sampai meninggal dunia, wanita tersebut masih memakai Hena walau sudah berumur 80 thn.
Ibn dhamrah berkata, “wanita tersebut adalah seorang muslim yang telah shalat dengan 2 Qiblat (Baitul maqdis &Ka’bah) bersama Rasulullah SAW” Wanita tersebut berkata,” Rasulullah SAW telah datang kepadaku dan bersabda,”Pakailah Hena. Diantara kalian ada yg tidak memakai Hena sehingga tangannya seperti tangan laki-laki”
Ibn dhamrah berkata,”semenjak saat itu wanita tersebut selalu memakai Pacar atau Hena sampai meninggal dunia, wanita tersebut masih memakai Hena walau sudah berumur 80 thn.
2. Ibnu hajar, Tuhfah al-muhtaj, juz 4 hal 74, Beirut darul ihya’:
ويسن لغير المحرمة أيضا إن كانت حليلة وإلا كره ولا يسن لها نقش وتسويد وتطريف وتحمير وجنة بل يحرم واحد من هذه على خلية ومن لم يأذن لها حليلها.
Selain waktu ihram juga disunatkan memakai Hena bagi wanita yang bersuami bila mendapat keizinannya, dan dimakruhkan bagi wanita lajang. Dan tidak disunatkan mengukir, menghitamkan, memakai pada jari-jari saja atau memerahkan pipi, bahkan perkara tersebut di haramkan bagi wanita lajang dan wanita yg bersuami yang tidak diizinkan oleh suaminya.
Hasil Mubahasah Lajnah Bahstul Masail Dayah Raudhatul Ma’arif Cot Trueng