Disunatkan membaca Alquran pada malam kematian di samping mayit, juga dibolehkan memperdengar-kan bacaan Alquran kepada mayit, dan tidak dibenarkan membuat kebisingan.
حاشية البجيرمي على شرح منهج الطلاب المجلد الأول :449
( وَ ) أَنْ ( يُقَرأَ عِنْدَهُ ) سُوْرَةُ ( يس ) لِخَبَرِ اقْرَءُوْا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَغَيْرُهُ وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّان وَقَالَ الْمُرَادُ بِهِ مَنْ حَضَرَهُ الْمَوْتُ لِأَنَّ الْمَيِّتَ لَا يُقْرَأُ عَلَيْهِ
Artinya :
Sunat hukumnya membaca surat Yasin disisi mayit, karena hadis riwayat Abu Daud dan beberapa perawi lainnya “bacalah Yasin kepada mayit kamu” dan hadis ini telah di Shahihkan oleh Ibnu Hibban dan perawi lainnya. Menurut Ibnu Hibban maksud “mayit” adalah orang yang hampir mati, karena mayit tidak lagi diperdengarkan bacaan kepadanya.
Sunat hukumnya membaca surat Yasin disisi mayit, karena hadis riwayat Abu Daud dan beberapa perawi lainnya “bacalah Yasin kepada mayit kamu” dan hadis ini telah di Shahihkan oleh Ibnu Hibban dan perawi lainnya. Menurut Ibnu Hibban maksud “mayit” adalah orang yang hampir mati, karena mayit tidak lagi diperdengarkan bacaan kepadanya.
( قَوْلُهُ : لِأَنَّ الْمَيِّتَ لَا يُقْرَأُ عَلَيْهِ ) أَيْ : لِأَنَّ “عَلَى” تُشْعِرُ بِإِصْغَائِهِ وَسَمَاعِهِ وَالْمَيِّتُ لَا يَسْمَعُ فَلَوْ كَانَ الْمُرَادُ بِالْمَيِّتِ فِي الْخَبَرِ حَقِيقَتَهُ لَقَالَ : عِنْدَهُ بَدَلَ قَوْلِهِ عَلَيْهِ هَذَا مُرَادُهُ ، وَفِيهِ أَنَّ الْمَيِّتَ يَسْمَعُ كَالْحَيِّ فَيَحْسُنُ أَنْ يُقْرَأَ عَلَيْهِ فَالْأَوْلَى إبْقَاؤُهُ عَلَى ظَاهِرِهِ مِنْ غَيْرِ تَأْوِيلٍ ا هـ شَيْخُنَا وَعِبَارَةُ ح ل ؛ لِأَنَّ الْمَيِّتَ لَا يُقْرَأُ عَلَيْهِ خِلَافًا لِابْنِ الرِّفْعَةِ حَيْثُ مَنَعَ التَّأْوِيلَ وَأَبْقَى الْحَدِيثَ عَلَى ظَاهِرِهِ وَمَنَعَ ذَلِكَ بِأَنَّ الْمَيِّتَ فِي سَمَاعِ الْقُرْآنِ كَالْحَيِّ لِأَنَّهُ إذَا صَحَّ السَّلَامُ عَلَيْهِ فَالْقُرْآنُ أَوْلَى ا هـ وَكَلَامُهُ ظَاهِرٌ ، قَالَ م ر : وَكَأَنَّ مَعْنَى لَا يُقْرَأُ عَلَى الْمَيِّتِ أَيْ : قَبْلَ دَفْنِهِ لِاشْتِغَالِ أَهْلِهِ بِتَجْهِيزِهِ الَّذِي هُوَ أَهَمُّ وَيُؤْخَذُ مِنْ الْعِلَّةِ أَنَّهُمْ لَوْ لَمْ يَشْتَغِلُوا بِتَجْهِيزِهِ كَأَنْ كَانَ الْوَقْتُ لَيْلًا سُنَّتْ الْقِرَاءَةُ عَلَيْهِ .ا هـ . ع ش وَقَرَّرَهُ الْعَلَّامَةُ ح ف
Artinya (perhatikan yang bertulisan tebal):
Pengertian kata-kata “Karena Mayit tidak dibacakan kepadanya” adalah karena kalimat عَلَى mengisyarahkan kepada maksud memperdengarkan dan menyimakkan, padahal mayit tidak bisa menyimak lagi. Seandainya maksud hadis adalah mayit yang sesungguhnya tentu Nabi akan mengatakan عِنْدَهُ bukan عَلَيْهِ, begitulah maksud kata-kata diatas. Menurut pendapat Syaikhuna Zakaria Al-Anshari dan Syekh Nuruddin Ali bin Ibrahim Al-Halabi: mayit bisa menyimak bacaan layaknya seperti orang yang masih hidup, kalau begitu baguslah memperdengarkan bacaan Alquran kepada mayit, dan hadis “bacalah Yasin kepada mayit kamu” tetap di maknai “mayit” tanpa di takwilkan kepada makna “orang hampir mati” karena alasan mayit tidak dibacakan kepadanya. Ibnu Ruf’ah menentang pendapat yang mentakwilkan hadis “mayit” kepada makna “orang hampir mati” tapi tetap di maknai hadis tersebut kepada makna “bacalah Yasin kepada mayit kamu”. Beliau beralasan, karena mayit bisa menyimak Alquran seperti orang yang masih hidup. Pendapat Syekh Muhammad Ramli juga hampir sama seperti pendapat ibnu Ruf’ah. Mungkin maksud tidak boleh memperdengarkan bacaan Alquran kepada mayit¹ sebelum di kubur, karena keluarga sedang sibuk mengurusi jenazah, yang hukum mengurusi jenazah tentu lebih penting ketimbang memperdengarkan bacaan Alquran. Dapat dipahami dari maksud tersebut, bila keluarga tidak sedang mengurusi jenazah seperti pada waktu malam, maka hukumnya sunat memperdengarkan bacaan Alquran kepada mayit. Begitulah pendapat Syekh Ali Syibran Al-Malasyi dan pendapat tersebut dibenarkan oleh Syekh ASy-Syamsu Muhammad bin Salim Al-Hafnawi.
(Bujairimi ‘Ala Manhajith Thulab jilid 1 halaman: 449)
مغنى المحتاج المجلد الأول : 359
( وَيُكْرَهُ اللَّغَطُ ) بِفَتْحِ الْغَيْنِ وَسُكُونِهَا ، وَهُوَ ارْتِفَاعُ الْأَصْوَاتِ ( فِي ) السَّيْرِ مَعَ ( الْجِنَازَةِ ) لِمَا رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ مِنْ أَنَّ الصَّحَابَةَ كَرِهُوا رَفْعَ الصَّوْتِ عِنْدَ الْجَنَائِزِ وَعِنْدَ الْقِتَالِ وَعِنْدَ الذِّكْرِ .قَالَ فِي الْمَجْمُوعِ : وَالْمُخْتَارُ بَلْ الصَّوَابُ مَا كَانَ عَلَيْهِ السَّلَفُ مِنْ السُّكُوتِ فِي حَالِ السَّيْرِ مَعَ الْجِنَازَةِ ، وَلَا يَرْفَعُ صَوْتَهُ بِقِرَاءَةٍ وَلَا ذِكْرٍ وَلَا غَيْرِهِمَا ، بَلْ يَشْتَغِلُ بِالتَّفَكُّرِ فِي الْمَوْتِ وَمَا يَتَعَلَّقُ بِهِ وَمَا يَفْعَلُهُ جَهَلَةُ الْقُرَّاءِ بِالتَّمْطِيطِ وَإِخْرَاجِ الْكَلَامِ عَنْ مَوْضُوعِهِ فَحَرَامٌ يَجِبُ إنْكَارُهُ ،
Artinya:
Makruh membuat kebisingan ketika berjalan mengantar jenazah dengan cara bersuara keras-keras. Dalilnya adalah hadis riwayat Baihaki “para Sahabat r.a tidak menyukai bersuara keras-keras disisi jenazah dan ketika berperang dan berzikir”. Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ berpendapat: yang benar adalah apa saja yang di kerjakan oleh para Sahabat dan Tabi’in yaitu mereka diam ketika mengantar jenazah, dan tidak bersuara keras baik dengan bacaan Alquran ataupun zikir dll. Tetapi mereka menyibukkan diri dengan mengingat kematian serta yang berhubungan dengannya. Kebiasaan orang awam yang membaca Alquran dengan memanjang-manjangkan melebihi ukuran Mad serta membaca diluar ketentuan Makhraj huruf, hukumnya adalah Haram yang mesti diingkari.
(Mughni Al-Muhtaj jilid:1 halaman: 259)
حاشية البجيرمي على شرح منهج الطلاب المجلد الأول : 470
( قَوْلُهُ : وَكُرِهَ لَغْطٌ ) اللَّغْطُ بِسُكُونِ الْغَيْنِ وَفَتْحِهَا الْأَصْوَاتُ الْمُرْتَفِعَةُ وَلَوْ بِالذِّكْرِ وَالْقِرَاءَةِ قَالَ : الشَّيْخُ فَرَضُوا كَرَاهَةَ رَفْعِ الصَّوْتِ بِهَا فِي حَالِ السَّيْرِ وَسَكَتُوا عَنْ ذَلِكَ فِي الْحُضُورِ عِنْدَ غُسْلِهِ وَتَكْفِينِهِ وَوَضْعِهِ فِي الْقَبْرِ وَبَعْدَ الْوُصُولِ إلَى الْمَقْبَرَةِ إلَى دَفْنِهِ ، وَلَا يَبْعُدُ أَنَّ الْحُكْمَ كَذَلِكَ فَلْيُرَاجَعْ شَوْبَرِيٌّ وَلَوْ قِيلَ بِنَدْبِ مَا يُفْعَلُ الْآنَ أَمَامَ الْجِنَازَةِ مِنْ الْيَمَانِيَّةِ وَغَيْرِهِمْ لَمْ يَبْعُدُ لِأَنَّ فِي تَرْكِهِ إزْرَاءً بِالْمَيِّتِ وَتَعَرُّضًا لِلتَّكَلُّمِ فِيهِ وَفِي وَرَثَتِهِ ع ش .
Artinya:
Maksud kata-kata “dimakruhkan membuat kebisingan” adalah dengan bersuara keras-keras walaupun dengan membaca zikir atau Alquran. menurut pendapat Syekh Abu ishak Ibrahim Asy-Syairazi: para ulama Cuma menetapkan ke makruhan mengeraskan suara saat berjalan mengantar jenazah, tapi mereka tidak menjelaskan hukum menge-raskan suara saat menghadiri pemandian mayit, mengkafani, ketika meletakkan jenazah di dalam kubur dan ketika sampai ke perkuburan untuk menguburi jenazah. Untuk memakruhkan mengeraskan suara di tempat tersebut hukumnya tidak jauh berbeda dengan masalah menge-raskan suara ketika mengantar jenazah, silakan periksa pendapat Syaubari. Seandainya apa yang biasa dikerjakan sekarang di depan jenazah oleh orang Yaman atau orang lain (yaitu berzikir dan berdoa) ada yang berpendapat sunat, hal tersebut sangatlah cocok, karena kalau tidak dikerjakan terasa telah menghina jenazah, dan dengan dikerjakan dapat menghindari dari pergunjingan kepada mayit dan ahli warisnya. Begitulah pendapat Syekh Syibran Malasyi.
(Bujairimi Ala Manhajith Thulab jilid 1 halaman: 470)
حاشية قليوبى المجلد الأول
قَوْلُهُ : ( وَكُرِهَ اللَّغْطٌ) وَسَوَاء كَانَ بِالْقِرَاءَةِ أَوِ الذِّكْرِ أَوِ الصَّلاةِ عَلىَ النَّبي صلى الله عليه وسلم . قال شيخنا الرملي : وَيُنْدَبُ الْقِرَاءَةُ وَالذِّكْرُ سِرَّا.
Artinya:
Dimakruhkan bersuara keras-keras baik dengan membaca Alquran, zikir ataupun berselawat. Menurut pendapat Syaikhuna Ramli: disunatkan membaca Alquran dan berzikir dengan bersuara pelan-pelan.
(Hasyiah Qulyubi jilid 1 halaman: 347)
Kesimpulan:
- Hukum membaca Alquran disisi mayit sunat, baik malamnya ataupun siang, bahkan kalau tidak dibaca seolah-olah mayit ter-sebut dan keluarganya adalah orang tidak baik.
- Kalaupun bersuara keras hukumnya makruh, tapi orang yang bersuara keras disisi mayit tidaklah mesti dilarang, cukup di beri pengertian saja. Karena masih banyak perbuatan makruh lainnya yang mesti dilarang, spt: merokok, makan bawang, durian dll. “Yang aneh adalah orang yang melarang bersuara keras disisi mayit tapi dirinya malah sedang merokok”. Wallahu A’lam
Dikumpulkan oleh : Tgk Zulfahmi MR Di Dayah Raudhatul Ma’arif-
Cot Trueng-Muara Batu- Aceh Utara; 14 Maret 2011
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
¹Maksudnya memperdengarkan bacaan Alquran kepada mayit seperti mengajari orang yang masih hidup, adapun membaca Alquran disisi mayit yang bukan untuk tujuan memperdengarkan, tidak ada pendapat yang mengatakan tidak boleh, walaupun keluarga sedang sibuk mengurusi mayit. (Tgk Zulfahmi MR).