Foto-foto di atas adalah pemandangan saat ujian tinggal menghitung jam. Santri-santri mendadak rajin di waktu yang sangat menegangkan tersebut. Kata malas yang mungkin disandang beberapa santri terpaksa harus mereka tanggalkan sesaat. Karena ketika ujian berlangsung, santri akan berhadapan one by one dengan guru penguji, otomatis apa yang akan dibacakan nanti murni dari hasil belajar sendiri. Di saat itulah kualitas intelektual para santri terlihat. Mereka duduk berkelompok-kelompok di atas balai, di dalam dan di teras Mesjid. Bahkan tidak terlihat dari mereka yang tidak memegang kitab di tangannya. Semuanya nampak sangat serius mempelajari bab pelajaran yang telah ditentukan oleh Bagian Pengajian.
Ini yang mungkin menjadi ajang taubatnya bagi mereka yang pemalas. Karena tidak ada lagi waktu mereka yang terbuang. Waktu santai, waktu di mesjid sebelum wirid Yasin dimulai, dan waktu menunggu giliran, semuanya mereka gunakan untuk menghafal. Bahkan sebagain santri yang benar-benar mepet terpaksa harus mencuri waktu wirid untuk melancarkan hafalan. Bagi kelas satu, bahan hafalannya adalah matan kitab ‘Awamil, untuk kelas dua mereka diwajibkan menghafal 50 bait matan Jauharah Tauhid, bagi kelas tiga mereka harus menghafal 50 bait disiplin mantiq yang terdapat dalam kitab Sulam Munauraq. Sedangkan bagi santri kelas empat, lima, dan eman mereka harus menghafal masing-masing 50 bait Nahwu kitab Alfiyah Ibnu Malik. Inilah saatnya mengecas fikiran.