1. Bergembira Ria di Pantai
Hari kamis adalah hari yang paling di tunggu-tunggu oleh santri dayah Raudhatul Ma’arif Cot Trueng, sebagaimana hari minggu bagi anak sekolah, sore kamis bisa di katakan adalah hari liburnya para santri di pesantren tersebut. Ba’da shalat Ashar adalah awal kesenangan bagi mereka, semua santri di bolehkan pergi ke pantai. Bak burung lepas dari sangkar, seluruh santri berbondong-bondong keluar menuju pantai kawasan Cot Trueng yang letaknya kira-kira hanya berjarak 200 meter dari lokasi dayah. Mereka memanfaatkan moment tersebut untuk bermain bola, jogging, bercanda ria bersama teman. Santri di izinkan untuk menikmati ketenangan sesaat setelah seminggu terbelenggu oleh peraturan dayah. Mungkin pergi ke pantai adalah cara terbaik bagi para santri untuk merefresh kembali pikiran yang selama ini di fokuskan untuk kegiatan dan rutinitas dayah. Sepanjang garisan pantai kawasan Cot Trueng hari itu akan sangat ramai dan sesak layaknya pantai-pantai wisata lainnya seperti Lam Pu uk Banda Aceh, Ujong Blang Lhokseumawe. Kalau Anda melintas di kawasan tersebut pada sore hari kamis, Anda akan disuguhkan oleh ratusan senyum kebahagiaan para santri.
2. Kompetisi Sepak Bola Antar Kelas
Ini bisa di bilang surga bagi para santri yang hobi bermain bola untuk unjuk kebolehan. Lapangan desa Cot Trueng yang letaknya bersebelahan dengan komplek putra akan riuh dengan sorakan para santri. Turnamen yang dijadwalkan pada kamis sore dan jum’at pagi tersebut cukup menyita perhatian banyak santri, terutama yang kelasnya sedang menjalani laga. Gengsi perkelas akan di pertaruhkan dalam turnamen yang bertajuk ‘Liga Rama’ tersebut, sehingga setiap kelas yang bertanding akan menyajikan pertandingan seru dan menegangkan. Bahkan para dewan guru pun tidak luput dari kemeriahan turnamen tersebut. Kegiatan ini di ketuai langsung oleh salah seorang santri kelas enam yang di pilih oleh perwakilan perkelas dari seluruh santri, ketuanya biasa di sebut dengan ‘ketua Fifa Rama’. Kegiatan ini hanya di peruntukkan untuk hiburan semata, sehingga sportifitas dan rasa persaudaraan masih dijunjung tinggi di setiap pertandingan.
3. Bermain Bola Voly
Sama halnya dengan sepak bola, bagi santri yang suka bermain bola voly juga tersedia lapangan untuk mereka menyalurkan hobinya. Lapangannya cuma seadanya, terletak di tengah komplek putra di antara balai-balai. Walaupun tiang net-nya pohon kelapa yang mengapit dua sisi lapangan, garis pembatasnya hanya coretan di atas tanah, alasnya hanya anoe gasui (pasir kering), tapi sanggup menjanjikan permainan yang seru layaknya di turnamen besar. Bagi para santri, lapangan seadanya tidak menjadi halangan, karena yang mereka butuhkan hanya kesenangan. Jadi bermain dimana saja, asalkan senang tetap mereka sikat. Voly Ball adalah salah permainan yang juga disukai oleh para guru, jadi tidak jarang pertandingan dewan guru vs. dewan guru tersaji di lapangan ini, pertandingan ini akan menjadi pertandingan besar dan menjadi tontonan yang sangat menghibur bagi para santri. Sorakan yang menggelegar pun akan riuh seantero komplek dayah Raudhatul Ma’arif.
4. Gotong Royong
Walaupun gotong royong massal di pagi jum’at merupakan suatu peraturan yang wajib di ikuti, tapi ini tidak menjadi momok yang membosankan bagi para santri. Karena gotong royong untuk membersihkan seluruh pekarangan komplek dayah tersebut bisa dijadikan sebagai ajang bersenang-senang para santri. Sistem gotong royong sudah diatur oleh kabag yang bertanggung jawab di bidang gotong royong. Masing–masing kelas akan di tentukan lokasi yang harus mereka bersihkan, mulai dari menyapu halaman komplek, membersihkan kulah tempat wudhuk, sumur besar, saluran air atau got, hingga membersihkan WC. Mereka melaksanakan semua tugas itu dengan di sisipi candaan-candaan, main pukul-pukulan pakai sapu, main air, dan sebagainya. Mereka menjalani semuanya seolah tiada beban.