LPI Dayah Raudhatul Ma'arif

Hasan Al-Bashri adalah pembesar di antara ulama tabi’in menengah. Menurut sebahagian referensi, beliau dilahirkan di Madinah pada tahun 21 Hijrah (642 Masehi) dan meninggal dunia di Basrah, Iraq, pada hari jum’at 5 Rajab 110 Hijrah (728 Masehi), pada umur 89 tahun. Semasa hidupnya, beliau dikenal sebagai sosok yang sangat sufi. Sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnu Abdil Hadi Rahimahullah di dalam kitab Thabaqat Ùlamal Hadits, Juz 1 hal. 140-142. Abu Burdah berkata, “Tidaklah aku melihat orang yang lebih mirip dengan para sahabat Muhammad SAW. melebihi dirinya”. Didalam kitab Min A’lam as-Salaf, Juz 1 hal. 143-144, Abu Ja’far Muhammad bin Àli mengatakan, “Dia itulah (Hasan al-Bashri) insan yang perkataannya mirip ucapan para Nabi”. 
Menilai dari tingkah laku beliau semasa hidupnya yang layak dijadikan panutan,  maka tidak heran jika banyak para penulis dari berbagai kalangan khususnya para ulama yang telah mengabadikan kisah hidup Hasan Al-Basri di dalam karangan mereka. Di antaranya:

  • Benar-benar ada, dahulu seorang lelaki yang memilih waktu tertentu untuk menyendiri, menunaikan shalat dan menasehati keluarganya pada waktu itu, lalu dia berpesan: “Jika ada orang yang mencariku, katakanlah kepadanya bahwa dia sedang ada keperluan” (Al-Ikhlas wan Niyyah, hal.65) 
  • Kalau bukan karena keberadaan para ulama, niscaya keadaan umat manusia tidak ada bedanya dengan binatang”. (Mukhtashar Minhaj al-Qashidin, hal. 15) 
  • Demi Allah! Tidaklah tegak urusan agama ini kecuali dengan adanya pemerintah, walaupun mereka berbuat aniaya dan bertindak zalim. Demi Allah! Apa-apa yang Allah perbaiki dengan keberadaan mereka jauh lebih banyak daripada apa-apa yang mereka rusak.” (Da’aa’im Minhaj Nubuwwah, hal. 279) 
  • Sungguh, apabila aku dijatuhkan dari langit kepermukaan bumi ini lebih aku sukai daripada mengatakan: “Segala urusan berada di tanganku!” (Aqwal Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman [1/134]) 
  • Barangsiapa mendustakan takdir sesungguhnya dia telah mendustakan Al-Quràn.” (Aqwal Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman [1/138]) 
  • Dikatakan kepada al-Hasan, “Wahai Abu Sa’id, apa yang harus kami lakukan? Kami berteman dengan orang-orang yang selalu menakut-nakuti kami sampai-sampai hati kami terbang melayang.” Maka beliau menjawab, “Demi Allah, sesungguhnya jika kamu bergaul dengan orang-orang yang selalu menakut-nakuti kamu sampai akhirnya kamu benar-benar merasakan keamanan; lebih baik daripada berteman dengan orang-orang yang selalu membuatmu merasa aman sampai akhirnya justru menyeretmu ke dalam keadaan yang menakutkan.” (Aina Nahnu min Ha’ulaa’i, hal. 16) 
  • Ada yang berkata kepada al-Hasan: “Barangsiapa mengucapkan Laa ilaaha illallah, maka dia pasti masuk surga?” Maka al-Hasan menjawab, “Barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah, kemudian dia menunaikan kewajiban darinya, maka dia pasti masuk surga.” (Kitab at-Tauhid; Risalah Kalimat al-Ikhlas wa Tahqiq Ma’naha oleh Imam Ibnu Rajab rahimahullah, hal. 40) 
  • “Salah satu tanda bahwa Allah mulai berpaling dari seorang hamba adalah tatkala dijadikan dia tersibukkan dalam hal-hal yang tidak penting bagi dirinya.” (lihat ar-Risalah al-Mughniyah, hal. 62) 
  • Sesungguhnya bisa jadi ada seorang yang senantiasa berjihad walaupun tidak pernah menyabetkan pedang (di medan perang) suatu hari pun.” (Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [6/264] cet. Dar Thaibah)

    Bersambung ke bagian II

    Artikel Lainnya!!!

    Abu Cot Kuta Pendiri Dayah Raudhatul Ma’arif