Logo Dayah Raudhatul Ma’arif mempunyai filosofi yang menarik dan sangat sesuai dengan kondisi dayah Raudhatul Ma’arif.
FILOSOFI BENTUK LUAR
Bentuk luar logo adalah berbentuk kapal layar yaitu: bahagian bawah pada dasarnya berbentuk dek kapal, sedangkan atasnya berbentuk layar. Kemudian dikreasikan menjadi bentuk seperti sekarang. Filosofinya adalah: Dayah ibarat kapal untuk berlayar mengarungi samudera ilmu syariat yang sangat luas.
FILOSOFI BENTUK DALAM
– 6 buah kitab yang tersusun rapi, mengeluarkan 5 bentuk anak panah yang diikat oleh pita yang bertuliskan nama dayah. Filosofinya adalah: inti yang paling dasar dari kitab-kitab yang diajarkan di dayah Raudhatul Ma’arif adalah untuk menguatkan rukun iman yang 6 sehingga menghasilkan rukun Islam yang 5. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Jauharah tauhid; Islam adalah pengamalan.
– Sebuah kitab yang terbuka yang diapit oleh dua Rencong dikanan dan kiri, kitab tersebut adalah Alquran, pada dasarnya ada tulisan tapi kemudian dihilangkan untuk menjaga kehormatan tulisan Alquran. Filosofinya adalah: isi dari Alquran mesti selalu dijaga, karena Rencong bukanlah senjata untuk berperang, tapi senjata untuk beladiri. Menyelipkan Rencong bagi orang zaman dulu adalah satu kehormatan tersendiri. Rencong juga ciri khas daerah Aceh, karena sebagian besar dakwahnya santri dayah Raudhatul Ma’arif adalah di daerah Aceh.
– Bulan sabit dan Bintang adalah lambang Kekhalifahan Turki Ottoman, yang kemudian menjadi lambang seluruh kerajaan Islam di dunia sehingga kemudian hari menjadi lambang Islam. Filosofinya adalah: dayah adalah tempat mencetak kader ilmuan Islam, sehingga cirikhas keislaman mesti selalu diusung.
– Lima buah bintang, dua dikiri, dua dikanan dan yang paling besar berada diatas. Bintang adalah petunjuk bagi kehidupan dizaman dahulu sebelum adanya kompas. Dan Rasulullah menamsilkan sahabat beliau ibarat bintang, siapa yang mengikuti sahabat tidak akan tersesat, dan Rasulullah adalah sebaik-baik petunjuk. Maka 4 buah bintang kiri dan kanan ibarat sahabat Nabi yang empat dan bintang yang teratas adalah petunjuk yang paling utama. Filosofinya adalah: dayah adalah tempat menguatkan aqidah Ahlus Sunnah WalJama’ah yaitu mengikuti Sunnah Nabi dan Sunnah para sahabatnya.
– Dua garis berbentuk bintang disisi luar kiri dan kanan serta 4 garis kiri dan kanan. Sebuah bintang mempunyai 5 sudut, dua buah bintang 10 sudut 5+5=10 ditambah empat garis 10+4=14. Filosofinya adalah: dayah Raudhatul Ma’arif dimasa Ayah Cot Trueng diresmikan pada tahun 1414 Hijriah (baca: empat belas empat belas).
FILOSOFI WARNA
– Hitam adalah warna yang identik dengan tua, seperti merah kehitaman dinamakan merah tua dll. Filosofinya adalah: Dayah Raudhatul Ma’arif sudah tua karena sudah ada semenjak tahun 1946.
– Biru adalah warna yang identik dengan laut. Filosofinya adalah: Dayah Raudhatul Ma’arif adalah dayah yang banyak kegiatannya bertautan dengan laut.
– Hijau adalah warna yang identik dengan kesejukan dan kesegaran, karena hijau adalah warna hutan. Filosofinya adalah: dayah adalah tempat yang menyejukkan dan menyegarkan rohani.
– Kuning adalah warna yang identik dengan kemegahan, karena warna kuning adalah warna khas kerajaan di Aceh.
Filosofinya adalah: ilmu yang diajarkan di dayah adalah ilmu yang megah, karena mencakupi seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Filosofinya adalah: ilmu yang diajarkan di dayah adalah ilmu yang megah, karena mencakupi seluruh aspek kehidupan masyarakat.
– Putih adalah warna yang identik dengan suci. Filosofinya adalah: ilmu agama adalah ilmu yang suci.
– Coklat adalah warna yang identik dengan keteguhan dan kesederhanaan karena coklat adalah warna tanah. filosofinya adalah: sistem pendidikan di dayah adalah mengajarkan keteguhan (istiqamah) dalam belajar dan mengajar (beut ngon semeubet) dan kesederhanaan.