LPI Dayah Raudhatul Ma'arif

Tanpa mengetuk pintu, awal tahun ajaran baru sudah masuk saja. Setelah ujian dilangsungkan dengan tertib, event akbar tahunan dilaksanakan dengan sukses serta iftitah kitab telah diselesaikan, kiranya tidak boleh absen bagi setiap kita untuk kembali melihat dan mengevaluasi diri setiap awal tahun, di samping setiap hari juga butuh untuk introspeksi terhadap mutu, kualitas intelektualitas dan moralitas kita selama setahun lalu. Dengan begitu kita akan lebih siap dan bersemangat untuk menghadapi tahun ajaran baru dengan berusaha berubah untuk menjadi lebih baik. 

Perkara paling afdhal dan seharusnya ditilik balik ialah niat dan semangat dalam belajar. Kenapa? Karena bila niat lemah sangat rentan dipatahkan oleh godaan-godaan bejat yang hanya nampak sekali pandang. Jamak dimaklumi, peran niat dalam belajar tentunya tidak perlu dibincangkan lagi karena sama-sama telah kita sepakati bahwa niat adalah hal yang sangat urgen/penting yang dapat menentukan proses belajar-mengajar berikut dengan hasilnya. Karena itulah, kiranya kita sendiri yang harus menentukan dan menetapkan apa niat kita pergi meninggalkan zona nyaman menuju tempat yang serba terbatas ini. Apa tujuan kita ke sini? Mau ngapaian kita di sini? Jawaban saya serahkan pada diri anda sendiri. Karena itu mutlak di bawah kontrol anda. 

Dari sekian banyak niat dan maksud belajar di dayah, kita boleh berkata semuanya terangkum dalam 2 niat berikut. Pertama, inilah yang amat kita perlukan, bila berniat untuk mengubah perilaku, dari buruk menjadi baik, maka sungguh-sungguh lah belajar untuk mencontohi dan meniru laku yang elok dan terpuji. Pahami dengan baik pelajaran akhlak, lalu amalkanlah semampu mungkin. Karena tingkah laku terpuji tak kan berbuah bila tanpa niat kuat dan meniru hal-hal yang baik. Dalam jenis niat ini, di samping kita berniat mengubah perilaku, tidak serta merta kita dapat meninggalkan aktifitas meningkatkan kualitas intelektual. 

Hal ini penulis tekankan berpijak pada fakta bahwa ada sebagian santri yang memang tujuan ke sini hanya agar tidak berada di lingkungan rumah, dengan tanpa melupakan niat yang nisbi untuk menjadi baik. Tujuan ini bisa jadi timbul dari dirinya sendiri atau orangtuanya, dengan paksaan atau bukan, yang pasti tujuan akhirnya hanya untuk mencari zona aman di sini. Nah, karena itulah tidak semestinya meninggalkan aktifitas belajar atau aktifitas wajib lainnya yang telah ditetapkan betapapun niat kita bukan untuk menjadi orang alim. Lagi pula, meninggalkan aktifitas belajar menjadi tanda penguat yang menafikan niat kita untuk mengubah laku menjadi terpuji. ‘Ala kulli hal, saya percaya bahwa orang yang telah datang ke sini mempunyai niat yang baik secara umum. 

Kedua, menambah wawasan keagamaan. Alasan ini memang menjadi alasan yang mutlak untuk menuntut ilmu di dayah khususnya. Dengan demikian, maka sepantasnya bagi santri yang berniat serupa itu untuk tidak sedikitpun mengendorkan semangat dan usahanya dalam menambah kualitas intelektualnya. Dalam proses menambah wawasan ini para santri dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas pada setiap tingkatan yang telah dtetapkan dan mencapai target yang telah distandarkan. Mulai dari bisa membaca baris, memberi makna, penjelasan yang memuaskan dan hafalan perlu yang lainnya. Dari sekian banyak kitab yang dikaji inilah santri juga dituntut untuk menentukan arah kecendrungan pemikirannya. Artinya ia harus menggembleng dirinya kemana jiwanya lebih condrong meminta lebih. Atau bila tidak mampu sendiri, carilah guru yang bisa menentukan ke arah mana ia harus menuju. Seperti mendalami suatu disiplin ilmu sekaligus. 

Nah, kesadaran ke arah mana jiwa menuntut lebih ini harapannya secepat mungkin disadari, katakanlah paling cepat kelas 3-4, karena lebih cepat lebih baik. Ketika mendalami satu disiplin ilmu dimana jiwa lebih menyukainya santri harus berani keluar zona nyaman. Dalam arti tidak berhenti pada kitab-kitab yang disediakan kurikulum. Tetapi harus cekatan keluar dari zona itu. Kenapa? seperti kita saksikan, kitab yang dikonsumsi di rata-rata pesantren hampir semuanya terulang-terulang. Mulai dari saat menjadi santri hingga nanti ketika mengajar. Semuanya berputar-putar. Untuk itulah santri yang mempunyai semangat dan passion tinggi, ketika mendalami satu disiplin ilmu, agar berani bereksplorasi di luar kitab yang ditetapkan kurikulum. Meski begitu, perlu digaris bawahi juga bahwa bereksplorasi ke luar tidak menafikan telah menguasai sedikit banyak kitab kurikulum. Artinya, kitab dalam fan ilmu yang diselaminya yang ada di luar kurikulum cukup dijadikan sebagai bahan bacaan harian pada selain rutinitas mengaji, atau biasa disebut “mutalaah”. Dengan begini, santri nantinya akan lebih peka terhadap masalah-masalah yang muncul dalam disiplin ilmu yang didalaminya. Lagian, dengan mendalami suatu fan ilmu tertentu dalam jangka waktu yang ditarget bisa memungkinkan kita untuk menyelam beberapa ilmu, bahkan ilmu umum sekalian. 

Demikianlah, gunakan even awal tahun ini, tidak lupa setiap hari juga harus, untuk meniatkan kembali untuk apa kita di sini. Apalagi dengan adanya acara munadzarah kemarin. Sepantasnya dapat membakar semangat kita untuk terus menjadi santri berperilaku elok dan memiliki kualitas keilmuan yang memadai. Bila sudah ada niat, tetapkan, kuatkan dan kokohkanlah itu. Dan satu lagi, wujudkan niat itu senyata mungkin. (Zan)

Kullu ‘amin wa kunna fi taqwa wa ziyadah khair.

Artikel Lainnya!!!

Abu Cot Kuta Pendiri Dayah Raudhatul Ma’arif