Namun begitu, sepertinya santri di jaman sekarang ini sudah mengalami evolusi sifat dari yang semestinya. Perubahan itu terlihat samar-samar di dunia luar, dan terasa kentara di alamnya.
Di setiap pesantren, pelajaran pertama yang diajarkan kepada santri adalah pelajaran-pelajaran moral, mereka diedukasikan secara kontinu, mulai dari kelas 1 hingga kelas 3-paling tidak. Ditambah dengan contoh-contoh cara bersikap yang baik yang diserap langsung dari gurunya.
Pengajaran etika tersebut seharusnya sudah bisa membuat moral tiap murid menjadi sempurna, kokoh dan tetap. Namun realita berkata lain, bahkan mungkin sebaliknya. Mengapa demikian?
Ada tiga faktor yang mempengaruhinya:
1. Sebagaimana penuturan ulama, bahwa etika atau akhlak itu didapat dalam “didikan” bukan dalam pengajaran semata. Dalam hal ini, pengajaran tentang etika dalam lembaran kitab saja tidaklah menjamin kemapanan etika murid. Melainkan harus dibantu dengan didikan sebenarnya, didikan yang langsung tersentuh dengan kehidupan sehari-hari para santri. Dengan kata lain, murid harus mendapatkan air setelah disuapkan nasi. Tanpa adanya air, pastilah ia akan tersendat.
2. “Murid adalah peniru yang cermat”. Setiap yang dilihat murid dari gurunya, baik atau tidak baik, mereka tidak mau tau. Murid tetap menirunya meski dalam skala yang kecil. Pada titik ini, seyogyanya para guru mestinya dapat memberikan teladan yang baik semampu mungkin. Harus!
3. Kelemahan santri dalam memilah baik buruknya contoh yang dilihat. Tentu manusia adalah tempatnya kesalahan dan kesilapan, guru pun tak terkecuali, mereka juga pernah salah. Segala kesilapan guru yang masih dalam katagori “wajar” seharusnya bisa ditolerir oleh santri dengan menjadikannya sebagai hikmah. Bukan malah mengumpat, apalagi bersumpah serapah tidak berhormat pada guru, sebagaimana yang berlangsung secara sembunyi pada lingkungan kita. Disini, santri dituntut untuk melihat teladan yang baik saja dan menjadikan yang buruk sebagai hikmah baginya (untuk tidak ditiru).
Akhir kata, santri mesti terus melawan kemiskinan moral-yang notabene nya ialah tantangan zaman sekarang, yang ada tepat didepan mata kita. Lebih lagi kita yang berada di lingkungan pesantren yang sememangnya adalah wadah membuat manusia menjadi beretika yang baik.
Mari kita tutup tulisan kecil ini dengan mengingat kembali ungkapan Syaikh Abdullah bin Bayyah mengutarakan:
لكل زمن تحد، وتحد هذا الزمان المحافظة على مكارم الاخلاق
“Setiap masa ada tantangan. Dan tantangan masa ini adalah memelihara kemuliaan akhlak”
…(ZA)