Agaknya sudah banyak tulisan-tulisan yang mengupas tentang puasa dengan segala sisinya, baik di media cetak maupun, akhir-akhir ini, di media elektronik. Namun demikian, pada kesempatan kali ini beberapa hikmah yang menjadi salah satu sisi kajian tentang puasa akan dikupas, karena – meminjam istilah Imam Wahbah Zuhaili – mengetahui hikmah suatu hukum atau perintah dapat menggerakkan tekad dan mendorong mukallaf dalam menjalankan segala perintah agama.
- Taqwa
- Syukur
- Ikhlas
Hadis yang disebutkan di muka, yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, juga mengisyaratkan hikmah berpuasa selain takwa, yaitu ikhlas. Karena orang yang berpuasa dengan mengharap ridha Allah sepenuhnya menyadari bahwa tak ada seorang pun yang mengetahui puasanya kecuali Allah. Dan bila mau, ia dapat berbuka sesuka hatinya tanpa diketahui orang lain, namun kesadaran akan pengawasan Allah mencegahnya dari melakukan “ta’jil” berbuka sebelum waktunya. Pada akhirnya mawas diri seperti ini, sebagaimana isyarat hadits, menjadikan jiwa bersifat dengan riasan ikhlas.
- Menghalagi Bisikan Syaitan
Manusia adalah sasaran utama dan satu-satunya bagi syaitan. Hampir tidak mungkin menghindari panah syaitan yang senantiasa mereka bisikkan. Namun, di antara perisai penghalang bisikan-bisikan tersebut adalah puasa. Adalah nafsu yang menjadi sasaran, sangat perlu ditatar, diatur dan diajar cara menikmati berbagai nikmat sehingga ia tidak lepas dari kekang yang membuatnya jadi sasaran empuk panahan syaitan. Dan puasa mampu mengekang nafsu dengan bersabar menahan lapar, dahaga dan syahwat sebagaimana diisyaratkan dalam hadits riwayat Imam Bukhari, “ …… dan sesiapa yang tak mampu (menikah), maka hendaklah ia berpuasa. Karena puasa adalah penawar hawa nafsunya.” Dengan lemahnya hawa nafsu dan terkurasnya tenaga, seruan dan bisikan syaitan, walau tak terhalau seluruhnya, sangat mungkin untuk dihindari oleh mereka yang menjalankan ibadah puasa.
Dengan mengetahui beberapa hikmah ibadah puasa, seorang hamba diharapkan lebih tergerak dalam menjalankan ibadah tersebut. Karena, “sesungguhnya bani Adam,” kata Syeikh Muhammad Amin Kurdi dalam Mursyid al-awwaam fi ahkam al-shiyam-nya, “terus melakukan beraneka dosa padahal mereka tak sanggup menanggung ‘didikan’ Allah Ta’ala dengan api neraka. Maka Allah perintahkan mereka dengan berpuasa agar mereka merasakan api kelaparan di dunia dan terbakarlah dosa-dosa mereka sehingga mereka terlepas dari ancaman neraka jahiim.”